Rabu, 10 Juli 2013

Pantai Sampur (Kenangan Ramadhan)


Bulan Ramadhan menjadi bulan yang ditunggu kehadirannya bagi saya pribadi, entah mengapa di bulan Ramadhan ini menjadi bulan yang penuh kebahagiaan, kesenangan yang saya sendiri susah mengungkapkan, dan yang sangat saya suka lagi adalah banyak kenangan indahnya.
Banyak sekali hal-hal indah yang tertanam di benak saya, bila mengingat kembali masa2 menjalani ramadhan, semenjak saya kecil.
Menjelang tiba bulan ramadhan, rasa suka cita yang saya rasakan sepertinya melebihi suka cita saya menyambut lebaran. Bersih-bersih rumah secara paripurna dan  mengecatnya adalah hal utama yang saya lakukan menjelang ramadhan, sementara orang lain mungkin akan melakukannya menjelang lebaran. 
Hal lain yang paling saya siapkan adalah menyusun menu selama bulan puasa, mulai dari menu sahur dan menu buka, walau kadang menu yang saya buat meleset semua tidak sesuai jadwal karena terlambat bangun sahur hahaha...
Satu hal lagi yang sampai saat ini belum saya lakukan adalah membuat suasana rumah semarak seperti sedang ada perayaan, seperti adanya spanduk bertuliskan "Selamat Menjalani Ibadah Shaum Ramadhan", "Sambut Ramadhan Ceria". "Isi Ramadhan dengan Bacaan Al-Quran" lucu juga kali ya hehehe...jadi anak2 juga menyambut ramadhan dengan riang gembira layaknya menyambut perayaan ulang tahun :)
Jika mengenang kembali masa2 ramadhan sewaktu kecil, hati ini akan melonjak senang, indah sekali yang saya rasakan kala itu.
Teringat kembali masa2 ibu membangunkan saya sahur, saat ibu menyiapkan makanan berbuka, saat ibu mengajak saya untuk mengaji bersama, itu semua menjadi kenangan yang tertanam kuat menancap di sanubari saya.
Mudah2an apa yang saya lakukan untuk anak saya saat ini pun akan menjadi kenangan indah bagi mereka kelak, tapi mereka tidak seberuntung saya, karena mereka tidak bisa menikmati makanan berbuka buatan bundanya kecuali hanya hari sabtu dan minggu saja, maklum saja bundanya tidak full time mother seperti ibu saya dulu :(
Bila saya perhatikan anak2 saya yang begitu gembiranya pergi ke masjid shalat tarawih bersama teman2 mereka, seperti itu jugalah saya dulu. Selesai berbuka, saya langsung ke masjid sekedar untuk menaruh sajadah (booking tempat hehe) berdekatan dengan tempat shalat teman2 saya, agar kami selalu bersama saat shalat tarawih.
Dulu setiap selesai makan sahur dan shalat subuh, kami (saya dan teman2) dengan bersepeda menikmati fajar menuju Sampur.
Sampur adalah nama suatu pantai di daerah Jakarta Utara, yang sejak tahun 1990 sudah di gusur dan dijadikan area bongkar muat peti kemas.
Di pantai ini kami menhabiskan waktu dengan duduk2 di pinggir dermaga menikmati hawa laut yang masih bersih di pagi hari menjelang terbitnya matahari. Pantai ini menjadi sangat ramai oleh orang2 yang datang dari wilayah lain yang ingin berjalan-jalan setelah sahur. 
Pantai Sampur memang bersih dipadu dengan indah nya jajaran perahu-perahu yang bersandar serta rumah-rumah penduduk yang bergaya Indies, suasananya seperti di luar negeri, karena memang pantai ini ada sejak zaman Belanda, dan pasti mereka merancangnya sesuai dengan di negaranya. Kalo saya bisa membayangkan seperti inilah kelak Pantai Sampur dibuat (Volendam) hanya saja bentuk rumah nya yang berbeda, zaman dahulu rumahnya masih berupa rumah bergaya eropa klasik dengan halaman yang luas , kebayang kan, kalo pantai sampur tidak digusur, Tanjung Priok itu bisa menjadi Volendamnya Jakarta. 
Hmmm...seandainya saya dulu sudah punya kamera saku, pasti saya potret dan saya tampilkan di sini, biar teman2 juga bisa membayangkan indahnya pantai sampur dahulu.






Kini semua itu hanya tinggal kenangan, pantai Sampur sudah tidak ada lagi :(
Gambar di bawah adalah pantai sampur pada tahun 1700 an, jauh berbeda dengan pantai sampur dalam kenangan saya hehe




Sejarah mengenai Sampur saya culik dari sini 
Sampur ada sebelum berdirinya kawasan Ancol seperti sekarang, soal kapan persisnya  pemerintahan Belanda dulu menetapkan Pantai Sampur sebagai objek wisata masih belum diketahui dengan pasti. Namun  seorang arkeolog yang pernah mengabiskan masa kecilnya di Sampur mengisahkan pantai sampur sudah dijadikan sebagai pantai wisata pada abad ke-19 ketika sudah terbentuk kotapraja Batavia dan di sana banyak berdiri rumah bergaya Indies.


 Setelah dijadikan sebagai objek wisata pantai, Sampur menjadi objek wisata yang paling terkenal di Batavia dan jadi pilihan utama di teluk jakarta dan juga tempat melancong orang-orang Eropa. Pantai ini sangat disukai oleh noni-noni dan sinyo-sinyo untuk menghabiskan waktu. Tak ketinggalan masyarakat pribumi pun banyak berkunjung ke pantai ini kala sore hari  karena amat indahnya, di sampingnya Cilincing yang masih jadi kampung nelayan yang bersih. Dari Zandvoort bisa dilihat sunset yang membuat hati terasa damai.

Pantai Sampur memang lebih mirip dermaga. Pantai itu bukan pantai perpasir dan landai seperti Pantai Ancol. Penguasa Belanda memberinya nama pantai zandpoort yang terinpirasi dari nama pantai Zanvoort di Harlem, Belanda. Namun karena lidah pribumi tidak fasih melafalkan kata dari bahasa Belanda itu, terciptalah Zanpoort menjadi Sampur. 

Selepas Indonesia merdeka, pantai ini pun masih berfungsi dan ramai dikunjungi oleh mereka yang ingin bersenang-senang pada tahun 1950-an sampai 1970-an. Sampai akhirnya roda zaman menyentuhnya,   Pantai Sampur pun berubah menjadi area pendukung Pelabuhan Tanjung Priok. Sekitar tahun 1990, pantai itu  berubah fungsi menjadi tempat penimbunan kontainer, jadilah sekarang Pantai Sampur hanyalah tinggal kenangan.

Yah, itulah salah satu kenangan masa kecil saya ketika Ramadhan, menikmati indahnya pantai Sampur di pagi hari. Kenangan Ramadhan yang tidak dapat dinikmati oleh anak2 saya saat ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar